Linguistik Terapan menempatkan etnografi sebagai bagian dari ruang penggunaan bahasa yang dipraktikkan oleh komunitas masyarakat etnik tertentu. Bahasa etnik merepresentasikan cara pandang masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Pemahaman, pemanfaatan, pengembangan potensi lingkungan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu tersimpan dalam leksikon dan ungkapan verbal lokal. Oleh karena itu, penelitian etnografi merupakan salah satu cara mengungkap tabir rahasia kearifan dan pengetahuan lokal masyarakat yang layak dieksplorasi, disimpan, dan diwariskan secara lintas generasi. Kali ini S2 Linguistik Terapan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. dari Universitas Negeri Surabaya.
Bahasa Dawan mengenal ungkapan yang berarti jangan memilih perempuan yang tidak dapat memenun. Ungkapan tersebut merepresentasikan bahwa masyarakat Dawan telah mengenal teknologi menenun dan mengenal pembagian tugas secara seksis. Masyarakat mengonstruksi menenun sebagai salah satu tugas perempuan. Di Madura terdapat ungkapan yang berarti bahwa masakan ibu adalah yang paling enak. Oleh karena itu, pada masyarakat Madura seorang istri harus terampil memasak untuk suaminya agar kerasan di rumah dan tidak kembali kepada ibunya. Fenomena budaya tersebut diformulasikan dalam konsep feminisme Nusantara. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan juga pembahasan mengenai feminisme Nusantara, terutama yang terdapat di dalam karya sastra. Paparan mengenai feminisme Nusantara disampaikan narasumber Prof. Dr. Wiyatmi, M.Hum. dari Universitas Negeri Yogyakarta.



